SKENARIO PEMBELAJARAN
Tokoh:
1.
Nawapi (ayah K.H.
Zaenal Mustofa)
2.
Ratmah (ibu K.H. Zaenal
Mustofa)
3.
K.H. Zaenal Mustofa
4.
Santri pesantren 1
5.
Santri pesantren 2
6.
Santri pesantren 3
7.
Pengurus organisasi
Nahdlatul Ulama
8.
Kyai rukhiyat
9.
Haji Syirod
10. Hambali
Syafei
11. Belanda
12. Jepang
1
13. Jepang
2
14. Jepang
3
15. Jepang
4
16. Warga
17. M.
Tjarawilaksana
18. Sebelas
orang anggota staff yang mengawal M. Tjarawilaksana
19. Anggota
polisi
20. Opsir
1
21. Opsir
2
22. Opsir
3
23. Opsir
4
24. Najmudin
Suatu
hari, K.H. Zaenal Mustofa yang telah lulus dari Sekolah Dasar meminta izin
kepada kedua orangtuanya untuk menimba ilmu di Pesantren. (Panggung
menggambarkan suasana rumah)
K.H. Zaenal Mustofa : “Emak, Abah.. saya akan pergi dan
akan belajar di pesantren dalam waktu yang
cukup lama, saya meminta doa restu dari kalian berdua.” (sambil sungkem
di pangkuan kedua orang tuanya)
Nawapi :
“Abah mengizinkan kamu untuk pergi, jaga dirimu baik-baik nak.” (sambil
mengelus kepala K.H. Zaenal Mustofa)
Ratmah :
“Emak juga mengizinkan kamu nak, asal kamu jangan lalay pada sholat dan tetap
menjaga nama baik keluarga.” (sambil menangis terisak-isak)
K.H. Zaenal Mustofa : “Terima kasih emak, abah.. saya
pergi dulu Assalamualaikum.” (pergi meninggalkan rumah)
Nawapi
dan Ratmah : “Waalaikumsalam.”
(sambil melambaikan tangan)
Tujuh
belas tahun pun berlalu, akhirnya K.H. Zaenal Mustofa bisa kembali ke kampung
halaman dan mendirikan sebuah pesantren. K.H. Zaenal Mustofa kemudian
mengumpulkan seluruh santrinya di halaman pesantren.
K.H.
Zaenal Mustofa : “Assalamualaikum
warohmatullohi wabarokatuh!”
Santri :
“Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh!”
K.H. Zaenal Mustofa : “Selamat datang di Pesantren Sukamanah
santri-santriku yang tercinta. Alhamdulillah, akhirnya pesantren yang saya
cita-citakan sekarang sudah selesai dibangun. Semoga kalian betah menimba ilmu
disini, dan semoga ilmu yang kalian dapatkkan disini bisa bermanfaat di dunia
dan akhirat, aamiin ya robbal alamin.”
Santri : “Aamiin.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Saya selaku pimpinan pesantren akan
menerapkan beberapa kebijakan yang semoga saja bermanfaat bagi kalian yaitu
kalian sebagai santri harus belajar bahasa Belanda dan Melayu serta wajib mempelajari silat agar kalian
bisa membela diri bila berhadapan dengan penjajah. Apakah kalian siap?”
Seluruh
Santri :
”Siaaaaaaaaaaappppp!!”
K.H. Zaenal Mustofa : “Kita harus bersatu dan menyusun
kekuatan agar kita bisa membebaskan negara kita tercinta dari kekuasaan
penjajah, Allohu Akbar!!! merdekaaaaaa!!!” (sambil mengepalkan tangan)
Santri : “Allohu
Akbar!! Merdekaaaaa!!”
Santri
pun membubarkan diri dan kembali ke pondoknya masing-masing. Keesokan harinya
K.H. Zaenal Mustofa menemui pengurus Organisasi Nahdlatul Ulama agar ia bisa
bergabung dengan organisasi tersebut.
K.H.
Zaenal Mustofa : “Assalamualaikum.”
(sambil mengetuk pintu)
Pengurus NU : ”Waalaikumsalam, oh ada K.H. Zaenal Mustofa.
Silahkan masuk ke dalam.” (sambil bersalaman dengan K.H. Zaenal Mustofa)
Kemudian
mereka duduk dan K.H. Zaenal Mustofa mengutarakan maksud kedatangannya.
K.H. Zaenal Mustofa : ”Begini, sebenarnya maksud kedatangan
saya kesini karena saya tertarik dan ingin bergabung dengan Nahdlatul Ulama.”
Pengurus NU : “Alhamdulillah, dengan senang hati kami akan
menerima. Kita bisa bekerja sama melawan kekejaman penjajah ynag telah
menginjak-injak harga diri bangsa Indonesia.”
K.H. Zaenal Mustofa : ”Saya pun berpikir demikian. Saya muak
terhadap penjajah yang telah belaku seenaknya di tanah air kita.”
Pengurus NU : “Semoga Nahdlatul Ulama bisa mempersatukan
kekutan dan akhirnya bisa mengusir penjajah.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Aamiin.. Allah SWT akan senantiasa
bersama kita. Kalau begitu saya pamit karena ada kepentingan lain.” (sambil
menyalami pengurus NU)
Pengurus
NU : “Mangga silahkan. Hati-hati dijalan pak
Kyai.”
K.H.
Zaenal Mustofa : “Assalamualaikum.”
(pergi meninggalkan pengurus NU)
Pengurus
NU : “Waalaikumsalam.”
K.H.
Zaenal Mustofa meneruskan perjalanannya karena ia telah ditunggu untuk mengisi
acara dakwah di suatu tempat. Setibanya di sana, beliau langsung menempati
tempat di tengah-tengah kumpulan warga.
K.H. Zaenal Mustofa :”Assalamualaikum, maaf saudaraku
sekalian saya terlambat.” (sambil menyalami warga satu persatu)
Warga :
“Waalaikumsalam, tidak pak Kyai, anda datang di waktu yang tepat.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Baik kita mulai saja acara hari ini.
Tadi saya telah menemui pengurus Nahdlatul Ulama. Saya sudah bergabung bersama
mereka karena saya sangat muak terhadap penjajah yang telah berlaku seenaknya
di tanah air kita.”
Warga : “Memangnya
penjajah itu berbahaya pak Kyai?”
K.H. Zaenal Mustofa : “Penjajah itu licik. Mereka ingin
merebut tanah air kita, ingin menguasai bangsa Indonesia.”
Warga :
“Seenaknya saja mereka, kita harus bisa mempertahankan tanah air kita tercinta
dari bangsa penjajah. Setujuuuu???” (warga yang lain ikut berteriak menyatakan
tanda setuju)
K.H. Zaenal Mustofa : “Setujuuu!! Alhamdulillah, ita bisa
bersatu untuk mempersatukan kekuatan dan mengusir penjajah dari tanah air.
Merdekaaaaaa!!! (sambil mengepalkan tangan dengan semangat yang menggebu-gebu)
Warga : “Merdekaaaaa!”
K.H.
Zaenal Mustofa dan warga pun membubarkan diri dan kembali ke rumah
masing-masing. Namun ternyata aktifitas dakwah K.H. Zaenal Mustofa di ketahui
pemerintah kolonial Belanda. K.H. Zaenal Mustofa telah diperintahkan untuk
mnghentikan aktifitas dakwahnya namun beliau tidak menggubrisnya. Sehingga di
tengah perjalanan pulang beliau ditangkap oleh Belanda.
Belanda :
“Heh Zaenal!! Kenapa kamu tidak menuruti perintah kami untuk menghentikan
dakwah? Kamu mencoba melawan kami heh?” (sambil mendorong K.H. Zaenal Mustofa)
K.H. Zaenal Mustofa : “Tidak mungkin saya membiarkan
penjajah licik seperti kalian menginjak-nginjak harga diri kami, bangsa
Indonesia!”
Kyai Rukhiyat : “Benar, kalian penjajah tidak
berperikemanusiaan! Tidak memikirkan nasib sesama!”
Belanda :
“Kurang ajar! Kalian ini siapa heh berani-beraninya menghina kami! Kami tembak
mati kalian semua! (sambil menyodorkan senjata)
Haji Syirod : “Kami tidak akan pernah takut pada ancaman
kalian. Kami akan senantiasa dilindungi oleh Allah SWT. Allohu Akbar!!” (sambil
mengepalkan tangan)
Hambali Syafei : “Allohu Akbar!! Saya setuju dengan Haji Syirod!
Bahkan semua warga pun telah membenci kalian dan akan segera mengusir kalian!”
Belanda :
“Kalian semua memang kurang ajar! Berani-beraninya membantah kami!
Berani-beraninya menghasut warga agar memberontak kepada kami! Sekarang kalian
semua ikut kami! (sambil menyodorkan senjata dan memborgol K.H. Zaenal Mustofa¸
Kyai Rukhiyat, Haji Syirod dan Hambali Syafei)
K.H.
Zaenal Mustofa dan kawan-kawan mencoba
melawan namun pihak Belanda lebih kuat dan akhirnya mereka berempat dibawa oleh
Belanda ke Penjara dengan tuduhan telah menghasut warga untuk memberontak
kepada Belanda. Sesampainya dipenjara, mereka berempat langsung dimasukkan ke
dalam sel.
Belanda :
“Diaaaaam kalian semua disini!! Ini hukuman bagi kalian yang telah menghasut
warga agar memberontak kepada kami! (mendorong mereka berempat ke dalam sel)
K.H. Zaenal Mustofa : “Kami tidak takut, sekalipun dihukum
mati, kami akan tetap mengajak warga agar tidak mengikuti perintah kalian!”
Belanda :“Terserah,
hahahaa.” (sambil pergi meninggalkan sel)
Keesokan
harinya Belanda kembali mendatangi sel tempat K.H. Zaenal Mustofa dan kawan-kawannya
ditahan. Mereka akan memindahkan K.H. Zaenal Mustofa dan kawan-kawannya ke
Sukamiskin.
Belanda :
“Woooy banguuuun kaliaaan semuaaaa!!!” (sambil berteriak dan menyodorkan
senjata)
K.H.
Zaenal Mustofa : “Ada apa kalian
semua kesini?”
Belanda :
“Tak usah banyak bicara. Kalian semua ikut kami!” (sambil memasangkan borgol
kepada K.H. Zaenal Mustofa dan kawan-kawannya)
Sesampainya
di Sukamiskin, mereka berempat kembali dimasukkan ke dalam sel
tahanan.
Belanda :
“Sekarang tempat kalian disini. Selamat menikmati. Hahahaaaa!” sambil tersenyum
sinis)
K.H. Zaenal Mustofa : “Lihat saja pembalasan kami. Kami
pasti akan menang!”
Belanda :
“Kami akan tunggu. Ahaahahaa!” (sambil tersenyum sinis dan pergi meninggalkan
sel tahanan)
Beberapa
bulan kemudian, K.H. Zaenal Mustofa dan kawan-kawannya dibebaskan dari penjara.
K.H. Zaenal Mustofa : “Alhamdulillah akhirnya berkat
pertolongan dari Allah SWT kita akhirnya dibebaskan” (sambil bersujud)
Kyai Rukhiyat : “Tapi kita tidak bisa tinggal diam, kita harus
segera mengusir Belanda dari tanah air kita.”
H.Syirod
dan Hambali : “Setuju, mari kita
mempersatukan kekuatan!”
Mereka
Berempat : “Allohu Akbar!”
K.H.
Zaenal Mustofa dan kawan-kawan terus menjalankan aktifitas dakwahnya. Mereka
kembali mengisi acara-acara dakwah dengan tujuan yang sama yaitu mengusir
penjajah.
K.H. Zaenal Mustofa : “Saudaraku sekalian, penjajah memang
harus segera kita musnahkan dari tanah air. Mereka sangat kejam dan selalu
bertindak kasar!”
Kyai Rukhiyat : “Benar sekali. Banyak warga yang menderita
akibat ulah penjajah yang selalu ingin menang sendiri!”
Warga :
“Lalu apa yang akan kita lakukan untuk mengusir penjajah pak Kyai?”
K.H. Zaenal Mustofa : “Akan saya pikirkan terlebih dahulu
strateginya. Setelah strategi tersebut selesai direncanakan, akan saya beritahu
kepada kalian.”
Warga : “Siaaaaap pak
Kyai”
K.H.
Zaenal Mustofa : “Allohu Akbar!”
Semua : “Allohu Akbar!”
Semua
warga membubarkan diri termasuk K.H. Zaenal Mustofa dan kawan-kawannya.
Sesampainya dirumah, K.H. Zaenal Mustofa kembali didatangi oleh Belanda dan
dibawa ke penjara dengan tuduhan yang sama seperti penangkapan yang pertama.
Belanda :
“Heeeh Zaenal!! Keluar kau!! (sambil mendobrak pintu rumah K.H. Zaenal Mustofa)
K.H.
Zaenal Mustofa : “Berani-beraninya
kalian datang ke rumah saya!!”
Kyai
Rukhiyat : “Ada
kepentingan apa kalian datang kesini hah?”
Belanda :
“Segeralah menyerahkan diri karena kalian akan kami bawa ke penjara. Hahaha
!!!” (sambil membawa K.H. Zaenal Mustofa dan Kyai Rukhiyat)
K.H.
Zaenal Mustofa dan Kyai Rukhiyat dibawa kembali ke Penjara di Ciamis. Namun
setelah beberapa bulan di penjara, mereka dibebaskan oleh pemerintah Jepang.
Jepang : “Heh kalian!!
Ayo keluar!!”
K.H.
Zaenal Mustofa : “Ada apa? Kenapa
kami diminta untuk keluar?”
Jepang : “Kalian
dibebaskan karena tidak bersalah.”
Kyai
Rukhiyat : “Terima
kasih.”
Jepang :
“Tapi ada beberapa syarat yang harus kalian penuhi yaitu kalian harus membantu
kami dalam mewujudkan cita-cita kami yaitu menciptakan Lingkungan Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Tak akan pernah sudi saya membantu
penjajah licik seperti kalian.” (sambil pergi meninggalkan tentara Jepang)
K.H.
Zaenal Mustofa kembali berkumpul dengan kawan-kawan dan warga masyarakat.
Mereka kembali membicarakan kekejaman para penjajah.
K.H. Zaenal Mustofa : “Apakah kalian sudah tahu bahwa tanah
air kita sekarang berada di tangan Jepang?”
Warga :
“Tentu pak Kyai. Tanah air kita sekarang berada di tangan orang yang benar.
Berada di tangan Jepang, saudara tua kita.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Mengapa engkau berani-beraninya
berkata seperti itu?” (bernada kesal)
Warga :
“Karena Jepang telah berjasa dalam melepaska tanah air kita dari belenggu
penjajahan Belanda. Sekarang kita sudah bebas.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Sungguh pernyataan yang sangat bodoh!
Asal kalian tahu, Jepang itu lebih berbahaya dibandingkan dengan imperialisme
Belanda! Mereka bukan saudara tua kita! Mereka juga akan menjajah bangsa kita!
(sambil berdiri dan berteriak)
Warga :
“Benarkah seperti itu pak Kyai? Berarti selama ini kita telah tertipu oleh
Jepang. Sungguh taktik yang sangat bagus.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Sangat benar. Kita harus bisa
mengusir Jepang dari tanah air, karena Jepang lebih berbahaya dibandingkan
dengan Belanda!”
Warga :
“Setujuuuuuuuu!”
Sekitar
tahun 1943, K.H. Zaenal Mustofa bersama santrinya membulatkan tekad untuk
menentang fasisme Jepang. Mereka pun berdiskusi bersama di pesantren.
K.H. Zaenal Mustofa : “Kita harus membuladkan tekad kita
untuk menentang fasisme Jepang. Kalian harus bersatu agar bisa mengusir
mereka.”
Santri 1 :
“Maaf pak Kyai, sebenarnya apa alasan yang melatarbelakangi sehingga kita harus
menentang fasisme Jepang?”
K.H. Zaenal Mustofa : “Jepang memerintah kita untuk melakukan Seikerei. Itu perbuatan musyrik.
Santri
2 : “Seikerei ?? apa itu pak Kyai?”
K.H. Zaenal Mustofa : “Seikerei
adalah mengheningkan cipta sambil membungkuk dan menghormat kearah
Tokyo. Hal ini berarti kita disuruh
untuk menyembah matahari. Apakah kalian mau? Dewek mah kajeun paeh daripada kudu nurut kana parentah penjajah.”
Santri 3 :
“Tentu saja kami tidak mau. Yang kami mau sembah hanyalah Allah SWT, yang telah
menciptaka kita.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Selain itu, Jepang meminta kita untuk
menyerahkan beras kepada Jepang. Hal ini tentu saja akan merugikan rakyat.”
Santri 1 :
“Kalau begitu, berarti rakyat kita tidak bisa makan nasi. Mereka akan
kelaparan.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Jepang tidak memikirkan hal itu,
meeka hanya memikirkan kebutuhan perut mereka saja.”
Santri 2 :
“Perbuatan ini sungguh kejam dan tidak bisa dibiarkan begitu saja.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Tidak hanya itu, Jepang juga banyak
menipu para wanita. Mereka di iming-imingi dan dijanjikan akan disekolahkan di
Tokyo. Namun pada kenyataannya, mereka dikirimkan ke Birma dan Malaya untuk
dijadikan wanita penghibur tentara-tentara Jepang.”
Santri 3 :
“Sungguh tindakan yang sangat tidak manusiawi. Para wanita diperlakukan seperti
hewan. Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya Pak Kyai?”
K.H. Zaenal Mustofa : “Kita akan menculik para pembesar
Jepang di Tasikmalaya lalu melakukan sabotase kawat-kawat telepon dan
membebaskan tahanan politik.”
Santri 1 :
“Lalu, apa yang harus kita persiapkan untuk melaksanakan rencana itu?”
K.H. Zaenal Mustofa : “Siapkan bambu runcing dan buatlah
golok-golok dari bambu. Semoga saja alat-alat sederhana itu bisa membantu.”
Santri
1,2,3 : “Baik pak
Kyai.”
K.H. Zaenal Mustofa : “Sekarang, mari kita latihan pencak
silat di halaman pesantren. Agar kita lebih siap untuk melaksanakan rencana
itu.”
Seluruh
santri menuju ke lapangan untuk berlatih pencak silat. Sementara itu di tempat
lain, pemerintah Jepang mengetahui berbagai rencana yang akan dilakukan oleh
K.H. Zaenal Mustofa dan mereka berniat untuk melakukan penyerangan. Akhirnya
pemerintah Jepang mengirim M. Tjakrawilaksana dan sebelas orang anggota
staffnya serta dikawal pula oleh anggota polisi untuk menangkap
pemimpin-pemimpin Sukamanah.
M. Tjakrawilaksana : “Serahkan pemimpin Sukamanah kepada
kami sekarang juga!!” (sambil berteriak)
Pemimpin kelompok : “Kami tidak akan pernah menyerahkan pemimpin-pemimpin kami
kepada Kempetai bangsa kami sendiri!”
M.
Tjakrawilaksana : “Jadi kalian
membantah kami?”
Pemimpin kelompok : “Tentu saja. Karena kami tidak akan pernah menyerahkan
pemimpin kami kepada kalian. Sebaiknya kalian dan Jepang menemui K.H. Zaenal Mustofa untuk melakukan
perundingan.”
M. Tjakrawilaksana : “Kami tidak mau. (sambil mencoba
mendorong pemimpin kelompok sampai jatuh ke tanah)
Para
polisi pun langsung menodongkan senjata kearah pemimpin kelompok. Tiba-tiba
datang sekumpulan santri Pesantren Sukamanah.
Seluruh
santri :
“HENTIKAAAAAN!!!”
Semua pasukan M. Tjakrawilaksana kaget
dan kembali menyimpan senjata.
Santri 2 :
“Apa yang kalian lakukan? Berani-beraninya bermain kekerasan. Serahkan seluruh
senjata kalian kepada kami.”
Polisi : “Tidak mau.”
Santri
3 :
“Pasukaaaaaan!! Seraaaaaang !!!”
Pasukan
santri pun menyerang pasukan M. Tjakrawilaksana dan kemudian merampas dengan
paksa senjata yang mereka bawa.
Santri 1 :
“Silahkan kalian masuk ke dalam rumah untuk menemui K.H. Zaenal Mustofa.
Bicaralah baik-baik dan jangan bermain kekerasan. Untuk sementara senjata
kalian kami amankan.
Seluruh
pasukan M. Tjakrawilaksana pun memasuki
rumah K.H. Zaenal Mustofa. Kemudian pada tanggal 25 Februari
1944, Pemerintah Militer Jepang mengirim empat orang opsir ke Pesantren
Sukamanah dan keempat opsir Jepang tersebut berdiri berdiri di halaman asrama
Gunung Bentang menunggu kedatangan K.H. Zaenal Mustofa. Pasukan Sukamanah
bersiap-siap di belakang untuk melihat kejadian yang akan terjadi dan
melindungi pemimpinnya yaitu K.H. Zaenal Mustofa.
K.H. Zaenal Mustofa : “Ada kepentingan apa kalian datang
kesini?”
Opsir 1 :
“Ada yang ingin kami sampaikan kepada kamu.” (dengan nada membentak)
K.H. Zaenal Mustofa : “Silahkan, apa yang ingin kalian
sampaikan?”
Mendengar
nada bicara opsir yang membentak, pasukan Sukamanah semakin memanas dan semakin
mendekati opsir Jepang tersebut. Melihat pasukannya semakin mendekat, K.H. Zaenal
Mustofa
segera mengambil tindakan.
K.H. Zaenal
Mustofa :
“Diamlah ditempat santri-santriku. Tenanglah, para opsir ini hanya akan
berbicara untuk menyampaikan sesuatu kepada ku.” (sambil mengangkat tongkatnya)
Seluruh santri : “Baiklah pak Kyai.”
(sambil mundur menjauhi opsir Jepang)
K.H. Zaenal
Mustofa :
“Sekarang bicaralah, apa yang sebenarnya akan kalian bicarakan?”
Opsir 2 : “Kami akan
menyampaikan beberapa hal, yang petama yaitu pesantren Sukamanah telah berbuat
jahat menentang Jepan dengan merampas senjata api dari Jepang. Kedua, kalian
tidak mau bekerja sama dengan kami Pemerintah Jepang.”
Opsir 3 : “Dan yang
terakhir adalah pemimpin Sukamanah tidak mau menuruti perintah negara untuk
menghadap ke Tasikmalaya.”
Setelah opsir Jepang selesai menyampaikan
ultimatumnya, kemudian
datanglah Najmudin yang sejak tadi berkumpul dengan pasukan Sukamanah.
Najmudin : “Baik, besok kita akan berangkat ke Tasikmalaya untuk
menghadap dan menyerahkan senjata-senjata api yang telah kami rampas, tetapi
kepala tuan Nippon yang empat orang ini harus tinggal di Sukamanah sebagai
gantinya.”
Jawaban Najmudin mampu membakar emosi para santri.
Emosi tersebut semakin memuncak karena opsir-opsir Jepang mulai mencoba
mempergunakan pistol dan samurainya serta berusaha lari mencari tempat guna
mempertahankan diri sambil menunggu
bantuan.
Semua Santri : “SERAAAAANNNNGGGG!!!!!!!”
Opsir 3 : “Siapkan pistol
kalian dan keluarkan samurai!!” (sambil mengeluarkan pistol)
Kemudian
terjadilah pertempuran dan akhirnya menewaskan tiga opsir Jepang. Satu opsir
berhasil melarikan diri meskipun dalam keadaan luka parah.
Opsir 4 :
“Oh tidaak. Semua teman-temanku telah tewas terbunuh. Aku harus segera
melarikan diri dan meminta bantuan.” (sambil memegang luka pada perut dan
kakinya)
Setelah
kejadian itu, sekitar pukul 16.00 datang beberapa buah truk mendekati garis depan
pertahanan Sukamanah. Suara takbir mulai terdengar, pasukan Sukamanah sangat
terkejut setelah tampak dengan jelas bahwa yang berhadapan dengan mereka adalah
bangsa sendiri.
Santri 1 : “Teman-teman
lihatlah!! Ada beberapa truk yang menyerang kita. Dan sepertinya mereka bukan
orang-orang Jepang.”
Santri 2 : “Mereka bangsa
kita sendiri dan sepertinya mereka dibawah kendali Jepang. Mereka ingin
mengadakan perlawanan kepada kita. Segera beritahu pak Kyai!”
Beberapa
santri pun menemui K.H. Zaenal Mustofa dan melaporkan kejadian yang sebenarnya terjadi.
Santri 1 :
“Assalamualaikum pak Kyai. Gawat pak gawat!”
K.H. Zaenal Mustofa : “Ada apa santriku? Ada apa?”
Santri 4 : “Di depan ada
beberapa truk yang berisi bangsa kita sendiri, namun sepertinya mereka berada
di bawah kendali Jepang serta hendak melakukan perlawanan kepada kita pak
Kyai.”
K.H. Zaenal
Mustofa :
“Gawat. Ayo segera kita keluar!” (pergi menuju halaman pesantren).
Setelah
semua santri berkumpul di halaman. K.H. Zaenal Mustofa memerintahkan agar para santri dan pengikutnya menghindarkan
perlawanan, tetapi pertempuran tidak dapat di hindarkan. Pihak Jepang sudah
mulai melepaskan tembakan dan menghujani pasukan Sukamanah dengan peluru.
Jepang :
“SERAAAAANNNGGG!!!!” (sambil mengangkat senjata dan melempar granat)
Semua
santri terpaksa membela diri dengan senjata seadanya. Pasukan dari Kampung
Cihaur pun ikut menyerbu.
Pasukan Cihaur : “SERBUUUUUU!!!!!!!” (sambil membawa bambu runcing)
Terjadilah
pertempuran dan perkelahian dalam jarak dekat sehingga menjatuhkan banyak
korban dari kedua belah pihak. Setelah pertempuran berlangsung selama 90 menit, satu demi
satu pertahanan santri Sukamanah dapat dilumpuhkan dan pasukan yang msih
tinggal tepaksa mundur karena tidak sanggup menahan peluru dan senjata otomatis
dari pihak Jepang. Kira-kira pukul 17.30 semua pertahanan Sukamanah telah
lumpuh dan K.H. Zaenal Mustofa dengan beberapa pengikutnya ditawan oleh Jepang.
Para santri dan pengikutnya yang masih hidup diperintahan untuk mundur dan
menyelamatkan diri.
Jepang : “Tangkap K.H. Zaenal Mustofa
sekaraang juga!!”
Jepang 2 :
“Baiklah!” (sambil menarik badan K.H.
Zaenal Mustofa dan memasangkan borgol)
K.H. Zaenal Mustofa : “Para santri semuanyaaaa!! Cepat lari
dan selamatkaan diri kaliaaan!!!!!!” (sambil berteriak)
Setelah pertempuran selesai, di mulailah pembersihan
besar-besaran oleh alat-alat negara fasisme Jepang dan kaki tangannya seperti asrama (pondok-pondok) di rusak, barang-barang
perhiasan, sepeda, buku-buku, dan kitab-kitab kepunyaan santri, rakyat dan
pemimpin-pemimpin Sukamanah dirampas dan diangkut ke Tasikmalaya karena di
anggap harta “gonimah” atau harta rampasan dari penjahat dan musuh pemerintah
Dai Nippon.
Jepang 3 :
“Ayo kita masuk ke dalam untuk mengambil barang-barang yang ada didalam!”
Jepang
4 : “Ayo!”
Seluruh
pasukan Jepang pun masuk ke dalam pesantren untuk mengambil barang berharga
serta membawa pemimpin-pemimpin Sukamanah ke Tasikmalaya.
Keesokan
harinya, pasukan Jepang menyebarkan
pamflet-pamflet yang berisi ultimatum bahwa semua orang yang membantu gerakan
Sukamanah maka dianggap mata-mata musuh dan memusuhi Jepang. Mereka yang
menyembunyikan pelarian dari Sukamanah akan diancam hukuman mati.
Jepang 2 :
“Ingat wahai warga semua! Apabila kalian memberontak dan kembali membantu
pasukan Sukamanah, apalagi kalian menyembunyikan pelarian pasukan Sukamanah
maka kalian akan kami hukum mati!
Jepang 4 :
“Maka sebaiknya sekarang kalian harus menuruti semua perintah kami dan melapor
serta menyerahkan pasukan Sukamanah apabilas diantara kalian ada yang
melihatnya. Mengerti??”
Warga :
“Me…meee..meeengerti tuan.” (sambil terbata-bata karena ketakutan)
Tanggal 26 Februari 1944, 700 sampai 900 orang
dimasukkan ke dalam sel tahanan penjara Tasikmalaya. Mereka adalah pasukan
Sukamanah yang berhasil tertangkap oleh Jepang.
Jepang 1 :
“Cepaatlaaaah kalian masuk ke tempat itu! Itu sebagai hukuman karena kalian
teleh memberontak kepada kami!” (sambil menodongka senjata)
Seluruh
Pasukan Jepang : “HAHAHAHAAAAA rasakan
kaliaaan!!”
Tanggal 27 Februari 1944 datang instruksi rahasia dari
K.H. Zaenal Mustofa kepada santri dan seluruh pengikutnya yang ditahan.
Santri
1 : “Lihat
ini, K.H. Zaenal Mustofa
memberi kita sepucuk surat.”
Santri 2 :
“K.H. Zaenal Mustofa?
Apa isi surat itu? saya sudah tidak sabar. Semoga beliau dalam keadaan sehat
dan tidak berhasil tertangkap oleh Jepang.”
Santri
3 : “Ayo kita
baca bersama.”
Mereka
pun membaca surat tersebut bersama, ternyata surat tersebut berisi instruksi
agar para pasukan Sukamanah yang ditahan tetap tenang, kuat dan tidak pernah
putus asa serta menyerahkan segala puji kepada Allah SWT dan meneruskan perjuangan
mereka.
Santri 1 :
“Dengan membaca instruksi ini, saya merasa lebih tabah dan berani menghadapi
pasukan Jepang itu. Semoga perjuangan kita tidak berhenti disini dan kita tetap
bisa mengusir Jepang dari tanah air Indonesia. Allohu Akbar!! Merdeka!!”
Seluruh
santri : “Allohu
Akbar!!! Merdekaaaaaaaa!!!
Keesokan
harinya, pemeriksaan terhadap pasukan Sukamanah pun dilakukan dan sebagian dari
mereka ada yang bebas, ada yang kembali ditahan serta adapula yang telah
meninggal dunia di sel tahanan.
Demikianlah
kegigihan dan perjuangan K.H. Zaenal Mustofa dalam merebut hak kemerdekaan bangsanya dari
cengkraman penjajah. Semoga kegigihannya bisa ditiru oleh kita sebagai generasi
penerus bangsa.